Rabu, 30 Desember 2009

Umur alam semesta

Secara ringkas, umur elemen kimia dapat diperkirakan berdasarkan uji radio aktif terhadap atom tersebut. Dan umum­nya dapat ditentukan dengan menggunakan uji contoh batu­batuan, yaitu dengan mengukur perubahan elemen berat seperti Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium ini diterapkan atas batuan yang tertua di bumi akan didapatkan bahwa batuan tertua ber­umur 3,8 miliar tahun. Jika diterapkan atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka 4,56 miliar tahun. Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya kita berumur sekitar 4,6 miliar tahun, dengan tingkat kesalahan 100 juta tahun. Sedikit berbeda, bila metode ini digunakan untuk mengukur gas di alam semesta maka akan menyebabkan tingkat variasi yang lebih lebar. Ilmuwan cukup puas mengetahui umur alam se­mesta sejak Dentuman Besar dengan perhitungan elemen kimia yaitu antara 11-18 miliar tahun.

Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything mengatakan bahwa umur alam semesta, berdasarkan penyelidikannya terhadap bintang-bintang tertua, adalah antara 17 sampai 20 miliar tahun. Sedangkan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France menyatakan bahwa umur alam semesta kira-kira 18 miliar tahun.

Dalam al-Qur'an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta selain makna relativitas waktu, yaitu Surat as-Sajdah (32:5) dan al-Ma'arij (70:4).

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) keyada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun" (al-Ma'arij 70 : 4)

Kita dapat mencatat bahwa al-Qur'an tidak mengatakan "50.000 tahun" waktu bumi. Karena waktu ini adalah waktu relatif di suatu tempat di langit, di mana satu hari sama dengan 1000 tahun waktu bumi. Hari relatif tersebut merupakan umur alam semesta di mana sistem tata surya manusia (kita) berada.

Mari kita konversikan waktu relatif alam semesta:

50.000 x 365,2422 = 18.262.110

Satu hari relatif di "satu tempat" di alam semesta, di tempat malaikat melaporkan urusannya, sama dengan 1000 tahun di bumi:

18.262.110 x 1000 = 18.262.211.000 tahun atau 18,26 miliar tahun.

Dengan demikian, umur alam semesta relatif adalah 18,26 miliar tahun. Hasilnya hampir sama dengan perhitungan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France tersebut di atas.

NASA memperkirakan umur alam semesta antara 12-18 miliar tahun berdasarkan pengukuran seberapa cepat alam semesta kita ini ekspansi setelah terjadinya "Dentuman Besar"

Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim NASA) telah mampu mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta dengan teknik terbaru, yaitu menggunakan radio interferometer untuk menyelidiki dan mengukur fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Dengan demikian, umur alam semesta dapat diperkirakan. Sedangkan tim NASA lainnya memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun berdasarkan pengukuran jarak galaksi "M100" dengan teleskop ruang angkasa Hubble. Galaksi tersebut diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya dari bumi. Namun demikian, pengukuran umur alam semesta ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin alam semesta umurnya lebih muda, padahal salah satu bintang di Bima Sakti mungkin umurnya jauh lebih tua dari perkiraan tersebut?

Shalat dengan perhitungan bilangan prima

Shalat dalam pengertian bahasa adalah doa, dan doa, menurut Nabi, seperti diriwayatkan oleh Turmudzi, adalah inti ibadah. Dalam al-Qur'an, perintah shalat (melaksanakan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam) selalu didahului oleh kata aqim atau aqimu. Kata aqima biasa diterjemahkan "mendirikan" . Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya, aqimu terambil dari kata qama yang berarti "berdiri". Tetapi kata itu lebih tepat jika diartikan "bersinambung dan sempurna". Mak­nanya, melaksanakan dengan baik, khusyu' dan bersinambung sesuai dengan syarat-syaratnya. Sedangkan kata shatat sendiri mempunyai tiga makna. Pertama, berarti curahan rahmat bila pelakunya adalah Allah. Kedua, berarti permohonan ampunan bila pelakunya adalah para malaikat. Ketiga, berarti doa bila pelakunya adalah makhluk, seperti manusia.

Shalat disebutkan, dengan berbagai macam derivasi (kata turunan)-nya, sebanyak 99 kali dalam al-Qur'an. Ini mengingat­kan kita pada banyaknya asmaul husna atau nama-nama indah Tuhan. Kata shalnt sendiri terulang sebanyak 67 kali, suatu bi­langan prima, dengan indeks ke-19.

Shalat telah lama diperkenalkan sejak zaman nabi-nabi sebelum Muhammad saw dengan cara masing-masing. Dalam al-Qur'an tercatat, pertama kali permintaan untuk "mendirikan shalat" yaitu ketika Nabi Ibrahim as berdoa. la tidak meminta kekayaan dan kesehatan, tetapi sesuatu yang lain.

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku". (Ibrahim 14 :40).

Dalam al-Qur'an, konfirmasi kewajiban shalat lima kali sehari tercatat seperti dalam surat-surat berikut: subuh (an-Nur [24]: 58); subuh, zhuhur dan isya' (al-Isra' 17 : 78); ashar (al­Baqarah 2 : 238); maghrib (Hud 11 : 114); isya' (an-Nur 24 : 58). Sedangkan kewajiban shalat Jum'at bagi orang-orang ber­iman dicatat dalam Surat al-Jumu'ah ayat 9.

Kodetifikasi Bilangan Prima dalam Shalat

Konfirmasi struktur bilangan prima dalam shalat diketahui melalui berbagai cara dan metode yang tidak lepas dari struktur utama al-Qur'an yang diketahui sebelumnya:

1. Angka 5 (kewajiban shalat dalam satu hari) dan 17 (jumlah rakaat) adalah bilangan prima. Angka 17 adalah bilangan prima kembar, pasangan bilangan 19.

2. Digit tiap rakaat sembahyang merupakan cerminan kodeti­fikasi angka 19, dengan jumlah tetap 17, dimulai dari awal yaitu subuh.

24434 = 19 x 7286, di mana: 2 + 4 + 4 + 3 + 4 = 1 + 2 + 8 + 6 = 17

Kita berpikir, barangkali satu-satunya, yakni mendapatkan satu deretan bilangan terdiri dari 5 angka yang jumlahnya merupakan bilangan prima kembar (17), dan hasilnya pun merupakan kelipatan dari pasangannya (19).

Shalat adalah komunikasi langsung dan privat dari manu­sia dan jin kepada Rabbi, "berkesinambungani" atau aqimu, clan dengan cara yang benar.

Dalam bahasa kriptogram Frank Drake: shalat ditunjukkan dalam bentuk kode 24434 bits informasi, hasil dari produk bilangan prima kembar 19 dengan koefisien 1286. Cara pertama, informasi disusun dalam 1286 baris; dengan tiap baris memuat 19 karakter. Cara kedua lebih rumit, berbeda de­ngan pesan Arecibo, informasi shalat merupakan produk 3 bilangan prima, yaitu 19, 2, dan 643 (prima kembar). Dengan demikian,1286 baris informasi bisa di-enkripsi Lagi dengan 643 sub-baris; tiap sub-baris memuat 2 bits, kode biner "1" dan "0". Tetapi bentuk seperti ini belum terba-yangkan; kripto dalam 3 dimensi (x, y dan z). Bentuk komunikasi di atas adalah bentuk komunikasi dasar terting­gi di alam semesta, yang dikodekan dalam bilangan prima kembar dan kode biner. Informasi ditransmisikan 5 kali se­hari, dalam bentuk segmen yang "berkesinambungan" dan dibaca dari kanan ke kiri.

3. Kata shalat yang ke-19 dari 99 kali penyebutan, diletakkan dalam urutan surat dan ayat yang ke-17. Surat al-Maidah ayat 103, menyebutkan 3 kata shalat, untuk yang ke-18,19, dan 20.

4. Kodetifikasi juga ditunjukkan dengan bentuk 17 ayat per­temuan kata Allah dengan kata shalat dalam al-Qur'an. Dalam 17 ayat tersebut terdapat 19 kata shalat.

5. Kata shalat ke-19 dari urutan belakang; di surat 2 ayat 83 berhubungan dengan struktur kalimat basmallah, dan struk­tur surat-surat fawatih. Ayat tersebut "kebetulan" terdiri dari 29 kata. Enkripsi terlihat bila nomor surat, ayat, dan banyaknya kata dalam ayat dijumlahkan:

2 + 83 + 29 = 114 atau (19 x 6)

Muhammad saw kembali dari perjalanan malam, Isra' Mi'raj, dengan petunjuk Ilahi yang tegas tentang kewajiban shalat:17 rakaat sehari. Kewajiban ini diketahui oleh kaum Mus­lim dari generasi ke generasi. Barangkali yang tidak diketahui adalah bahwa bilangan 17 ini "dikodekan" dalam nomor Surat al-Isra', yaitu nomor 17.


Sumber :

1. Baca tentang arti shalat: M. Quraish Shihab, Tafsir AI-Qur'art AI-Karim: Tafsir atas Surat-surat Penrlek Berdasarkan Urutan Wahyu, Pustaka Hidayah, hal. 122.

2. Hasil studi kelompok Fakir 60 Amerika Serikat, lihat http:// www.fakir60.tripod.com, diterima 10 Desember 2003.

3. Baca lebih lanjut hasil studi kelompok Fakir 60 atau lihat zveb site: http:// fakir60.tripod. com/salat.htm, diterima 28 Desember 2003.

Selasa, 29 Desember 2009

Menghitung kecepatan cahaya menurut al-Qur'an

Tau g anda bahwa kecepatan cahaya yang dipopulerkan selama ini telah ditetapkan nilainya dari sebuah dokumen yang sangat kuno yaitu Al-Qur'an nul karim.

Mungkin anda pernah tahu bahwa konstanta C (kecepatan cahaya) telah dihitung oleh berbagai institusi berikut:

  • Us National Bureu of Standards C= 299792.4574 + 0.0011 km/det
  • The British National Physical Laboratory C = 299792.4590 + 0.0008 Km/det
  • Konferensi ke 17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar "1/299792458 detik"

Perhitungan yang secara tepat yang dilakukan oleh seorang ahli fisika dari Mesir DR. Mansour Hassab El Naby berdasarkan ayat - ayat Al-Qur'an.

"Dialah (Allah) yang menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan(waktu)" (10:5)

"Dialah (Allah) tang menciptakan siang malam, matahari dan bulan. Masing-masing beredar dalam daris edarnya"(21:33)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya 1000 tahun menurut perhitunganmu"(32:5)

berdasarkan ayat - ayat diatas terutama ayat terakhir 32:5, dapat diambil kesimpulan

Jarak yang dicapai "Sang Urusan" selama satu hari = jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun / 12000 bulan. atau rumusnya : C.t = 12000.L
Dimana : C = kecepatan sang urusan
t = kecepatan 1 hari
L = panajang rute edar bulan selama 1 bln.
Ada 2 tipe kecepatan bulan :
1. kecepatan relatif terhadap bumi
ve = 2.p.R/T
dimana R = jari2 revolusi bulan = 384264 Km dan
T = periode revolusi bulan = 655.71986 jam
2. kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta.
Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan yang pertama dengan cosinus a, sehingga:

v = Ve * Cos a

Dimana a adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal

a = 26.92848o

jadi :

C.t = 12000.L

C.t = 12000.v.T

C.t = 12000(Ve * Cos a).T

C= 12000(Ve * Cos a).T/t

C = 12000.3682.07 km/jam * 0.89157*655.71986 jam/86164.0906 det

C = 299792.5 km/det

Bandingkan dengan perhitungan yang telah dilakukan isntitusi diatas tadi

  • Us National Bureu of Standards C= 299792.4574 + 0.0011 km/det
  • The British National Physical Laboratory C = 299792.4590 + 0.0008 Km/det
  • Konferensi ke 17 tentang Penetapan Ukuran dan Berat Standar "1/299792458 detik"
  • Dan ini hasil perhitungan yang telah dilakukan C = 299792.5 km/det

Jadi, perhitungan diatas membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C dan juga menunjukan kebenaran Al-Qur'an karim sebagai wahyu yang patutu dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Sang Pencipta Alam Semesta.

Sumber : http://www.islamicity.org/Science/960703A.HTM




Panduan Menciptakan Entitas Energi secara Sadar

  Tujuan: Menciptakan makhluk atau sistem energi yang berfungsi sesuai niat dan desain, dengan dua pilihan: dikendalikan penuh atau diberika...