Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

DETEKSI KESOMBONGAN

Seorang pria yg bertamu di rumah Sang Kiyai tertegun keheranan. Dia melihat Sang Kiyai sedang sibuk bekerja sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih. Pria itu bertanya: “Apa yg sedang Anda lakukan Pak Kiyai ?”. Pak Kiyai menjawab: “Tadi saya kedatangan tamu yang meminta nasehat, saya berikan banyak nasehat yg bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya merasa jadi org Hebat, kesombongan saya mulai muncul, oleh karena itu saya lakukan PEKERJAAN INI untuk membunuh perasaan SOMBONG.” SOMBONG adalah PENYAKIT yg sering menghinggapi kita semua. Siapa saja dan apapun statusnya; org awam atau ustadz/ulama, bisa dihinggapi oleh penyakit sombong. Bahkan di kalangan PENDAKWAH, benih²nya kerap muncul tanpa kita sadari. Ditingkat 1 : Sombong disebabkan oleh FAKTOR MATERI, dimana kita merasa : ~ Lebih kaya, ~ Lebih berkuasa, ~ Lebih tinggi jabatan, ~ Lebih rupawan, & ~ Lebih terhormat drpd org lain. Ditingkat ke-2 : Sombong disebabkan oleh FAKTOR KECERDASAN kita mer

Arti kata SANTRI

Kata SANTRI (dlm bentuk tulisan Arab Pegon) yaitu : SIN, NUN, TA, RO dan YA. Dari hurufnya lafazh SANTRI, di ambil dari kata² : (Sin) SAALIKUN ILAL AAKHIROH. Artinya ; Seorang santri harus selalu menempuh jalan menuju kebahagiaan akhirat. (Nun) NAAIBUN 'ANIL MASYAAYIKH. Artinya ; Seorang santri harus mampu menjadi pengganti/generasi penerus para guru (Ulama). (Ta) TAARIKUN 'ANIL MA'AASHII. Artinya : Seorang santri harus selalu menjauhkan diri dari maksiyat. (Ro) ROOGIBUN FIL KHOIROOT. Artinya ; Seorang santri harus selalu senang dlm hal kebaikan. (Ya) YARJUS SALAAMATA FIDDUNYAA WAL AAKHIROH. Artinya : Seorang santri harus selalu berharap mendapat keselamatan di Dunia dan Akhirat

MENGAPA TIDAK SEMUA ORANG RIZKINYA LAPANG?

Kita tahu, dan yakin, bahwa rizki adalah pemberian Allah. Rizki di tangan Allah, bukan di tangan kita. Karena itu, Allahlah sebab satu-satunya rizki kita. Banyak, sedikit, lancar atau tidak, semua di tangan Allah Tapi, yang pasti, tidak ada satu pun makhluk yang Allah ciptakan mati karena tidak mendapatkan rizki. Karena itu menyalahi janji Allah. Dan, itu mustahil (Q.s. Hud: 06) Karena itu, rizki mengejar kita, sebagaimana kematian. Bahkan kita lebih banyak dikejar rizki ketimbang mati. Mati hanya mengejar kita sekali, saat ajal kita habis. Tapi, rizki kita mengejar kita 24 jam sehari Masalahnya, mengapa rizki setiap orang berbeda? Ada yang lancar, ada yang tidak? Inilah jawaban Allah وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ Andai saja Allah lapanglan rizki hamba-hamba-Nya, pastilah mereka menjadi kurang ajar di muka bumi. Tapi, Dia menurunkan (rizki) sesuai dengan kadar

SAMPAH HATI (Nasehat Sang Guru)

Seorang laki-laki yang berbeda paham dengan seorang Guru Spiritual mengeluarkan kecaman dan kata-kata kasar, meluapkan kebenciannya kepada Sang Guru (Syaikh). Sang Guru hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata apapun. Setelah lelaki tersebut pergi, si murid yang melihat peristiwa itu dengan penasaran bertanya, "Mengapa Guru diam saja tidak membalas makian lelaki itu ???" Beberapa saat kemudian, Sang Guru bertanya kepada si murid, “Jika seseorang memberimu sesuatu,  tapi kamu tidak mau menerimanya, lalu menjadi milik siapakah pemberian itu?” “Tentu saja menjadi milik si pemberi”, jawab si murid. “Begitu pula dengan kata-kata kasar itu”, tukas Sang Guru. “Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia maupun di akhirat, karena energi negatif yang muncul dari pikiran, perasaan, perkataa

Kenapa ketika berdoa telapak tangan mengadah keatas

Imam Abu Manshur Al-Maturidi (W. 333H) berkata, “Adapun mengangkat tangan ke arah langit saat berdoa, maka ia murni karena tuntutan ibadah (dalam syariat). Allah berhak memperhamba hamba-hamba-Nya dengan apa saja yang Dia kehendaki, dan mengarahkan mereka ke arah mana saja yang dikehendaki-Nya. Dan jika ada yang menganggap, diangkatnya pandangan ke arah langit karena Allah di arah itu, maka ia seperti orang yang menganggap, Allah berada di arah bawah (perut) bumi, karena ia meletakkan dahinya di saat sujud, baik dalam shalat ataupun di luar shalat. Atau seperti orang yang menganggap, Allah itu berada di sisi barat atau timur, karena ia menghadap Allah di saat shalat (kearah barat atau timur), atau Allah berada di sisi Makkah, Oleh karena itu, ia haji menuju kota Makah.” (Kitab at Tauhid:75-76) Imam Ghazali berkata, “Adapun mengangkat tangan ketika memohon/berdoa ke arah langit, itu dikarenakan ia adalah kiblat doa. Di dalamnya, juga terdapat isyarat bahwa Zat yang kita berdoa kepa