Kenapa ketika berdoa telapak tangan mengadah keatas

Imam Abu Manshur Al-Maturidi (W. 333H) berkata, “Adapun mengangkat tangan ke arah langit saat berdoa, maka ia murni karena tuntutan ibadah (dalam syariat). Allah berhak memperhamba hamba-hamba-Nya dengan apa saja yang Dia kehendaki, dan mengarahkan mereka ke arah mana saja yang dikehendaki-Nya. Dan jika ada yang menganggap, diangkatnya pandangan ke arah langit karena Allah di arah itu, maka ia seperti orang yang menganggap, Allah berada di arah bawah (perut) bumi, karena ia meletakkan dahinya di saat sujud, baik dalam shalat ataupun di luar shalat. Atau seperti orang yang menganggap, Allah itu berada di sisi barat atau timur, karena ia menghadap Allah di saat shalat (kearah barat atau timur), atau Allah berada di sisi Makkah, Oleh karena itu, ia haji menuju kota Makah.” (Kitab at Tauhid:75-76)

Imam Ghazali berkata, “Adapun mengangkat tangan ketika memohon/berdoa ke arah langit, itu dikarenakan ia adalah kiblat doa. Di dalamnya, juga terdapat isyarat bahwa Zat yang kita berdoa kepadanya, adalah menyandang sifat Kemahaagungan dan Kemahaperkasaan, sebagai peringatan bahwa menuju arah atas adalah sebagai sifat keagungan dan ketinggian. Karena sesungguhnya, Dia (Allah) di atas segala sesuatu dengan penguasaan dan penaklukan.” [Ihya Ulumid Din,1/107, Dar al Ma’rifah. Lebanon.]


Imam Sayid Muhamad al Husaini az Zabidi–pensyarah kitab al-Ihya’– menerangkan perkataan Imam Ghazali ini, “Adapun mengangkat tangan ketika memohon/berdoa ke arah langit, itu dikarenakan ia adalah kiblat doa. (sebagaimana Ka’bah adalah kiblah Shalat). Ia (seorang mushalli) menghadap Allah dengan dada dan wajahnya. Sedangkan,Zat yang kita tuju (Allah Swt)–dengan doa dan shalat kita itu–Maha suci dari bertempat di Ka’bah atau di langit.”

An-Nasafi telah menyinggung masalah ini, ia berkata, “Dan mengangkat tangan dan wajah ketika berdoa, adalah murni ta’abud/arahan agama, persis seperti menghadap Ka’bah ketika shalat. Jadi langit adalah, kiblat doa sedangkan Ka’bah adalah kiblat shalat. Di dalamnya, juga terdapat isyarat bahwa Zat yang kita berdoa kepadanya, adalah menyandang sifat Kemaha-agungan dan Kemahaperkasaan sebagai peringatan, menuju arah atas adalah sebagai sifat keagungan dan ketinggian. Oleh karena sesungguhnya Dia (Allah) di atas segala sesuatu dengan penguasaan dan penaklukan.


Imam an-Nawawi juga menegaskan hal itu dalam syarah Sahih Muslim, “Sesungguhnya langit, adalah kiblat untuk para pendoa, sedangkan Ka’bah adalah kiblat untuk orang-orang yang shalat.” [Syarah Muslim,5/24]. Keterangan serupa, disampaikan pula oleh para ulama di antaranya, al Hafidz Ibnu Hajar dalam syarah Sahih Bukharinya.

Mulla Ali al-Qari berkata, “Langit adalah kiblat doa, dengan arti dia adalah tempat turunnya rahmat, yang mana ia adalah sebab berbagai nikmat. Dan ia (doa itu) penyebab dicegahnya beragam bencana…. dan Syeikh Abu Mu’in an-Nasafi, panutan dalam disiplin ini, menyebutkan dalam kitab at-Tamhid-nya, bahwa para muhaqiqin telah menegaskan, diangkatnya tangan saat berdoa adalah murni perintah agama.” [Syarah al Fiqhi al Akbar: 199.]

Allamah al-Bayadhi al-Hanafi berkata, “Diangkatnya tangan di saat berdoa ke arah langit, bukan karena Allah Ta’ala berada di atas langit tertinggi, akan tetapi, karena ia adalah kiblat doa, karena dari arah itulah kebaikan dinanti-nanti dan dan keberkahan diharap turun, sesuai dengan firman Allah,

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS.Adz Dzariyat [51];22). Disamping adanya isyarat, akan sifat Kemaha Agungan dan Keperkasaan yang Dia sandang, dan Dia berada diatas makhluk-Nya dengan penaklukan dan penguasaan.”[ Isyarat al Maram:198.]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 Titik lathifah

Konsep kedutan di 3 jari bawah pusar atau di tempat titik pusat tenaga dalam atau di tantien

Energi Murni manusia atau energi hawa murni atau energi murni tantien