Senin, 16 Desember 2019

Niat dan Visualisasi

Definisi Niat

An Niat (niat) secara bahasa artinya adalah al qashdu (maksud) dan al iraadah (keinginan) atau dengan kata lain qashdul quluub wa iraadatuhu (maksud dan keinginan hati). Sedangkan definisi niat secara Istilah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di, beliau berkata, “Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri pada Allah, mencari ridha dan pahalaNya.” (Bahjah Quluubil Abraar wa Qurratu ‘Uyuunil Akhyaar Syarah Jawaami’ul Akhbar hal. 5Niat juga berarti al „azm yaitu keinginan yang kuat. An-Nawawi berkata, “Niat adalah al qoshdu yaitu 'azimatul qolbi (berkeinginan dengan hati dan “nawaka Allahu bi khairin”(Allah SWT bermaksud memberimu kebajikan). Akan tetapi yang dimaksud dengan „azm dalam konteks ini mempunyai pengertian sebagai sebuah keinginan yang lebih kuat dari sekedar maksud

Niat terletak di hati manusia sehingga niat ini bisa juga tidak perlu dilafadzkan dengan kata-kata. Niat ini bisa dikatakan adalah gerbang ketika akan melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan tertentu. 

Fungsi Niat :

x

Pertama, Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan.

Contohnya ketika akan melakukan shalat, antara shalat dzuhur dengan shalat ashar. Keduanya sama jumlahnya 4 rakaat tetapi keduanya bisa dibedakan dengan niat ketika akan melakukan shalat tersebut. 

Kedua, Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. Jadi apakah seorang beribadah karena mengharap wajah Allah ataukah ia beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.

Definisi Visualisasi

Visualisasi (Inggrisvisualization) adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi. Secara umum, visualisasi dalam bentuk gambar baik yang bersifat abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari peradaban manusia.

Visualisasi merupakan upaya manusia dalam mendeskripsipkan maksud tertentu menjadi sebuah bentuk informasi yang lebih mudah dipahami. Biasanya pada jaman sekarang manusia menggunakan komputer. Visualisasi berkembang dengan perkembangan teknologi,diantaranya rekayasa, visualisasi disain produk, pendidikan, multimedia interaktif, kedokteran, dll. Pada dasarnya visualisasi digunakan untuk mendiagnosa dan menganalisis data yang ditampilkan agar dapat memprediksi kesimpulan. 

Dalam penerapan atau pengimplementasian energi di berbagai kasus tidak terlepas dari NIAT. Energi bekerja sesuai dgn niat yg diinginkan. Jadi dalam penggunaan energi sangat berhati hati dalam berniat karena suatu energi positf bisa berubah jadi negatif karena didalamnya terdapat niat negatif untuk mencelakai orang.
Biasanya yg baru belajar sangat susah mengimplementasikan energi dgn niat aja. untuk itu digunakan visualisasi terlebih dahulu. Ini untuk awal aja. Contohnya penerapan cakra dasar.

Awalnya aktifkan energi cakra dasar sampai terasa dan naikan ke dada. Setelah itu buat niat kedua yaitu alirkan energi cakra dasar ke tangan kanan dan buat seperti bola. Setelh terbentuk baru pasangkan niat selanjutnya bola energi tersebut untuk apa.

Apabila masih susah penggunaan niat saja maka disni diperlukan visualisasi. Biasanya untuk awal ini sangat membantu tetapi kedepannya visualisasi ditinggalkan sehingga hanya niat aja yg bekerja di dalam energi.

Ada kelebihan dan kelemahan menggunakan niat
kelebihannya
- apabila niat kita kuat, ketika kita berniat aja orang yg mau kita sembuhkan kan langsung merasakan efeknya tanpa kita sentuh.
- energi yg dalam tubuh kita akan dapat lebih cerdas karena bekerja tanpa ada batasan dari kita sendiri. karena bisa aja yg keluar untuk menyembuhkan tersebut energi yg paling pas dengan struktur penyakit.

Kelemahannya
-apabila niat tidak kuat, maka pengobatan yg kita lakukan tidak akan begitu sukses dilakukan.

Kelebihan dan kelemahan menggunakan visualisasi
kelebihannya.
- apabila dengan niat tidak kuat, maka diperkuat dengan visualisasi kita. sehingga energi yg kita gunakan dapat kita atur menggunakan apa.
- cara visualisasi lebih gampang dilakukan karena kita seperti membuat skenario dalam pikiran kita

Kelemahan.
- energi yg dikeluarkan terbatas jadinya dan belum tentu energi tersebut cocok dengan kondisi.

Senin, 11 Februari 2019

Cara membuat entitas dgn penuh kesadaran dgn konsep energi



Assalammualaikum Wr. Wb

Ketika kita membicarakan keilmuan supranatural berbasiskan energi. Maka dalam pengimplementasiannya tidak terlepas dari hukum kekalan energi.

"Energi tidak diciptakan, tetapi energi bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain".

Dari hukum diatas, maka energi tadi bisa kita bentuk sesuai dengan apa yang diinginkan. Berikut ini akan saya kasih step-step dalam membentuk suatu entitas dari konsep energi.

1. Buat design bentuk makhluk yg akan kita ingin buat secara detail
2. Siapkan bentuk-bentuk design perubahan dia ketika ada kasus yg dihadapinya
3. Aktifkan energi yg sesuai dgn entitas yg ingin kita buat. Contoh naga api maka energi yg cocok adalah energi tantien, kundalini, energi api, energi matahari.
4. Ketika membuat, semua konsep-konsep yg ada dimasukan ke dalam niat dan niat ini yg diinject ke dalam energi tadi.
5. Silahkan visualisasikan bentuk yg diinginkan sesuai design yg telah dibuat. Termasuk transformasi2nya.
6. Setelah selesai dibuat, utk membuat dia memiliki kesadaran sendiri atau mw spt robot yg cerdas maka tanamkan kesadaran kita di dalamnya sehingga spt makhluk hidup atau robot yg memiliki pemikiran sendiri.
7. Selesai dan siap digunakan.

Sampai tahap no 5 udh bsa selesai. Jd entitas td kita yg mengontrol sepenuhnya. Klo dilanjutka ke no 6 maka kontrol kita lepas separuhnya.

Konsep diatas visualisasi sangat menentukan bentuk yang terbentuk. Jadi sebaiknya ketika visualisasi dilakukan kita melihat design yang ingin kita buat ini lebih baik.


“SRI YANTRA” DAN RAHASIA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Oleh: Syansanata Ra
(Yeddi Aprian Syakh al-Athas)

* Mohon dibaca dengan perlahan karena tulisan ini sangat panjang sehingga tulisan ini sengaja saya partisi menjadi dua bagian.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang apa itu SRI YANTRA, maka ada baiknya jika kita mengetahui lebih dulu apa itu YANTRA.

Istilah YANTRA sendiri ditemukan dalam Kitab Bhagavad Gita. Perlu diketahui disini bahwa ada dua versi Kitab Bhagavad Gita. Versi Pertama, adalah Kitab Bhagavad Gita yang asli, yang ditulis oleh Ṛṣi Vyāsa atau dikenal di Nusantara dengan nama Bêgawan Abiyasa. Nama aslinya adalah Krṣṇa Dwaipāyana. Vyāsa sendiri artinya adalah “Pengumpul”. Karena berjasa mengumpulkan Kitab Veda yang masih tersisa, maka ia mendapat gelar Vyāsa. Kitab Veda yang saat ini kita kenal, yang terdokumentasikan dalam bahasa Sansekerta sebenarnya hanyalah hasil pengumpulan ulang dari bahan-bahan yang lebih purba dan merupakan sisa-sisa dari Kitab Veda yang bisa terselamatkan pasca tenggelamnya Ataladwipa. Hindhu memang bersandar pada Kitab Veda. Tapi ajaran Hindhu saat ini banyak terpengaruh oleh Kitab-Kitab Purāṇa dan Itihāsa yang usianya jauh lebih muda dari Kitab Veda dan memang berasal dari Tanah India setelah Ataladwīpa hancur luluh dan tenggelam. Kitab Bhagavad Gita versi pertama ini isinya hanyalah memuat tentang “Ilmu Samkhya” dan “Ilmu Yoga”.

Berikutnya adalah Kitab Bhagavad Gita versi kedua sebagai Kitab Bhagavad Gita yang baru berkembang 1000 tahun setelah masehi, dan isinya justru jauh berbeda dengan Kitab Bhagavad Gita yang asli (versi pertama), dimana isinya banyak berisikan doktrin-doktrin yang sangat menuhankan sosok Sri Krishna ditambah dengan pengembangan dialog-dialog tambahan antara Sri Krishna dan Arjuna dalam Perang Mahabhrata.

Kembali kepada bahasan kita tentang YANTRA. Dalam Kitab Bhagavad Gita yang asli (versi pertama), penjelasan panjang lebar tentang YANTRA ditemukan dalam bahasan tentang “Ilmu Samkhya” yakni salah satu cabang ilmu dalam Kitab Veda yang membahas cara kerja berbagai elemen yang ada di alam semesta. Menurut Ilmu Samkhya, elemen di alam semesta jenisnya dibagi menjadi dua, yakni PARA dan APARA. PARA adalah elemen yang bersifat konstan dan kekal. Sedangkan APARA adalah elemen yang bersifat tidak kekal dan menjadi bahan utama penyusun alam semesta ini. Dalam ilmu sains modern, APARA disebut sebagai MATERI sedangkan PARA disebut sebagai ANTI MATERI. APARA atau MATERI sendiri menurut Ilmu Samkhya, jenisnya masih terbagi lagi menjadi dua, yakni: MATERI KASAR dan MATERI HALUS. Ilmu Sains Modern saat ini hanya mengenal adanya 5 jenis MATERI KASAR, yakni elemen api, air, angin, tanah dan ether, sementara dalam literatur Kitab Veda Purba (bukan Kitab Veda yg dikumpulkan oleh Ṛṣi Vyāsa atau Bêgawan Abiyasa) justru telah dikenal adanya 105 jenis MATERI KASAR. Sedangkan untuk MATERI HALUS jenisnya antara lain: Manah (pikiran sadar), Chitta (pikiran bawah sadar), Ahangkara/Ahamkara (Ego), Buddhi (kesadaran) dan Sabda (suara).

Menurut teori Albert Einstein, disebutkan bahwa MATERI dapat diubah menjadi ENERGI dan demikian pula sebaliknya ENERGI pun dapat diubah menjadi MATERI. Sedangkan menurut Ilmu Samkhya, bukan hanya disebutkan bahwa MATERI dapat diubah menjadi ENERGI, namun juga disebutkan bahwa semakin halus sebuah MATERI maka semakin besar ENERGI yang dapat dihasilkannya.

Nah terkait dengan prinsip perubahan MATERI menjadi ENERGI ini, maka dalam Ilmu Samkhya dikenal adanya tiga jenis Sistem Propulsi (sistem daya dorong yang bekerja dengan prinsip mengubah MATERI menjadi ENERGI atau sebaliknya), yakni:
1. YANTRA
2. MANTRA
3. TANTRA

Menurut Ilmu Samkhya, diantara ketiga Sistem Propulsi tersebut, YANTRA adalah sistem propulsi elemen yang paling kasar sedangkan TANTRA adalah sistem propulsi elemen yang paling halus. Menurut tutur ajar dari Sang Guru, sebenarnya masih ada satu jenis lagi sistem propulsi elemen di bawah YANTRA, yang dikenal dengan nama DANTRA, namun sistem propulsi elemen ini adalah yang paling kasar dan cenderung ditinggalkan oleh peradaban teknologi masa lalu yang jauh lebih maju dari peradaban kita saat ini.

Sekarang mari kita bahas satu persatu Sistem Propulsi Elemen ini dari yang paling halus ke yang paling kasar ...

Sistem Propulsi Pertama disebut TANTRA, kata bentukannya adalah TANTRIKA. Sistem Propulsi ini bekerja dengan memanfaatkan sifat-sifat dan prinsip-prinsip dasar elemen dan kemudian menggabungkan beberapa elemen yg berbeda. Semua teknologi TANTRA atau TANTRIKA disebutkan dalam Kisah Mahabharata dalam Kitab Bhagavad Gita. Istana Prabhu Yudhistrira sendiri dibangun menggunakan sistem propulsi TANTRA dengan menggunakan kombinasi logam campuran, kristal dan permata jenis tertentu untuk membuat efek ilutif. Perlu diketahui bahwa manusia pada peradaban masa lalu telah mampu memanfaatkan energi kristal sebagai penetralisir radiasi, meramu obat dengan mencampur air raksa dan logam tertentu, membuat pembangkit listrik dengan menggabungkan granit dan air, serta mengeskstrak cahaya matahari sebagai disinfektan dan penghasil emas. Dan semuanya itu dilakukan hanya dengan memanfaatkan Sistem Propulsi TANTRA. Jadi yang perlu dipahami disini adalah bahwa TANTRA merupakan teknik pemanfaatan energi-energi yang terkandung dalam setiap elemen yang ada di alam semesta dan kemudian menggabungkannya satu sama lain. Namun, karena energi elemen alam yg diekstrak dalam sistem propulsi TANTRA bersifat sublim (sangat-sangat halus), maka banyak orang yang menganggap TANTRA sebagai praktik mistik dan berbau klenik. Terlebih ketika sistem propulsi TANTRA atau TANTRIKA kerapkali digunakan dalam tata letak rumah yang dikenal sebaagi Vastu Sastra dalam Kitab Veda dan dikemudian diturunkan menjadi Hong Shui dalam tradisi Jawa, Feng Shui dalam tradisi Cina, dan Asta Kosali dalam tradisi Bali, padahal itu semua hanyalah penerapan dari sebuah Teknik TANTRA atau TANTRIKA yang alami yang dilestarikan dan diwariskan secara turun temurun.

Sistem Propulsi Kedua disebut MANTRA, kata bentukannya adalah MANTRIKA. Sistem propulsi ini bekerja dengan memanfaatkan elemen materi halus “manah” (elemen pikiran sadar) dan “sabda” (elemen gelombang suara). Alat transportasi yang bekerja dengan sistem propulsi MANTRA atau MANTRIKA tidak memerlukan keberadaan mesin mekanik seperti yang kita gunakan saat ini. Kendaraan tersebut cukup dikendalikan dengan frekuensi atau vibrasi suara yang tepat. Dengan teknik MANTRA atau MANTRIKA ini, bahkan seseorang akan mampu memanipulasi elemen “manah” atau pikiran sadarnya sendiri menjadi alat transportasi dengan kecepatan paling tinggi di alam semesta melebihi kecepatan elemen cahaya. Sementara dengan elemen “sabda” (gelombang suara), bahkan elemen air pun dapat diubah menjadi energi nuklir.

Sistem Propulsi Ketiga disebut YANTRA, kata bentukannya adalah YANTRIKA. Secara lazim, YANTRA berarti “mesin”. Dalam bentuk halusnya, “mesin” YANTRA atau YANTRIKA adalah gabungan diagram yang dibuat untuk menarik energi elemen tertentu di alam semesta. Ia mirip seperti Kotak Feng Shui yg mampu melacak keberadaan Vampir, atau Rajah Kaligrafi yg mampu menarik energi khodam huruf-huruf hijaiyah. Contoh nyata implementasi dari “mesin” YANTRA atau YANTRIKA yang kita kenal saat ini adalah UFO atau pesawat-pesawat luar angkasa yang biasanya meninggalkan jejak CROP CIRCLE dengan pola diagram geometris tertentu di sebuah ladang gandum atau ladang sawah. CROP CIRCLE sendiri terbentuk sebagai efek gelombang energi yang dihasilkan oleh “mesin” YANTRA dari pesawat luar angkasa tersebut. Hanya kendaraan yg berbasis sistem propulsi YANTRA saja yang biasanya meninggalkan jejak CROP CIRCLE, sementara kendaraan lainnya yang lebih canggih dan berbasis sistem propulsi MANTRA dan TANTRA justru nyaris tidak meninggalkan jejak apapun.

Selain ketiga jenis sistem propulsi di atas, menurut tutur ajar dari Sang Guru, rupanya masih ada satu lagi jenis Sistem Propulsi lainnya yang disebut sebagai Sistem Propulsi jenis keempat yang dikenal sebagai DANTRA, dimana kata bentukannya adalah DANTRIKA. Sistem propulsi jenis ini adalah sistem propulsi yang paling kasar dengan ciri khas mengeluarkan zat buang yang mencemari dan juga mengeluarkan suara yang agak keras. Sistem Propulsi DANTRA atau DANTRIKA adalah sistem propulsi yang paling kuno dan paling konvensional dalam sejarah manipulasi energi elemen di alam semesta, dan sistem propulsi inilah yang saat ini masih digunakan oleh peradaban manusia saat ini. Dalam Kitab Bhagavad Gita yang asli disebutkan bahwa selama masih menggunakan sistem propulsi DANTRA atau DANTRIKA, maka sampai kapanpun manusia tidak akan pernah bisa menjelajah jagat semesta, baik antar planet ataupun antar galaksi.

Apa yg disebutkan oleh Kitab Bhagavad Gita ini rupanya memiliki kemiripan dengan apa yang disebutkan dalam Al-Quran,

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan penjuru-penjuru bumi, maka tembuslah. Kalian tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan Sulthaan.”
(QS. Ar-Rahman 55:33)

Nah jika sebelumnya kita telah membahas tentang “YANTRA - MANTRA - TANTRA” dalam konteks “Ilmu Samkhya” yang merupakan salah satu cabang ilmu dalam Kitab Veda yang membahas tentang prinsip kerja berbagai elemen alam di jagat besar (alam semesta) pada tataran MAKROKOSMOS, maka sekarang kita akan membahas tentang “YANTRA - MANTRA - TANTRA” dalam konteks “Ilmu Yoga” yg juga merupakan salah satu cabang ilmu dalam Kitab Veda yang membahas tentang prinsip kerja berbagai elemen dalam jagat  kecil (diri manusia) pada tataran MIKROKOSMOS.

Perlu diketahui bahwa dalam tahap dasarnya, semua elemen di alam semesta, baik yg bersifat kasar ataupun halus memiliki keadaan statis subatomik yg dikenal dengan istilah MAHAT-TATTWA. Dalam Ilmu Sains Modern, MAHAT-TATTWA dikenal dengan istilah DARK MATTER. Akan tetapi dalam konteks Ilmu Samkhya, DARK MATTER disini bukan hanya sebagai komposisi paling dasar dari semua elemen yg ada di alam semesta, namun ia juga menjadi cikal bakal dari sebuah atom yang menyusun setiap elemen. Sedangkan atom sendiri terbentuk dari partikel subatomik karena adanya campuran dua energi yakni PARA (Anti Materi) dan APARA (Materi). Jadi karena Manah (pikiran sadar) dan Chitta (pikiran bawah sadar) merupakan elemen APARA (Materi) paling halus yg tercipta dari MAHAT-TATTWA (DARK MATTER), maka pikiran juga dapat diukur, diatur, dikendalikan atau bahkan dimanipulasi seperti elemen-elemen alam yg lainnya. Teknik manipulasi, pengukuran, pengaturan, dan pengendalian pikiran inilah yg dikenal dengan nama YOGA.

Dalam Kitab Bhagavad Gita, Sloka 4.1 disebutkan tentang YOGA sebagai berikut,

“Sri Krishna bersabda: Aku telah mengajarkan ilmu YOGA ini kepada Vivasvan, Sang Penguasa Matahari, kemudian Vivasvan mengajarkannya kepada Manu, leluhur manusia di bumi, dan kemudian Manu mengajarkannya kepada Ikṣvāku.”
(Bhagavad-Gita, Sloka 4:1)

Yang menjadi pertanyaannya adalah...

Siapa itu Manu? Benarkah Manu yang menjadi leluhur manusia di Bumi? Jika kita hanya menganggapnya mitos, lantas dari mana gerangan asalnya kata “Manusya” yang dalam Bahasa Sansekerta bermakna “anak cucu Manu” yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kata “Manusia” dan dalam Bahasa Inggris menjadi kata “Man” yang juga berarti “Manusia”.

Kitab Veda menyebutkan bahwa Manu adalah leluhur manusia yang tersebar di berbagai alam semesta (manusia bukan hanya ada di Planet Bumi saja) dan mengemban tugas untuk mengatur ras manusia dalam tatanan moral (akhlak) dan spiritual dari zaman ke zaman. Satu orang Manu memiliki periode waktu kekuasaan (disebut Manwatara) selama 306,72 juta tahun Planet Bumi. Dan selama periode itu, Manu menurunkan ras manusia di seluruh alam semesta dan membimbing mereka dalam jalan Veda melalui Ajaran Veda Dharmasastra. Dan saat ini, alam semesta kita berada dalam periode Manu Ketujuh yang dikenal dengan nama “Vaivasta-Manu”. Vaivasta sendiri adalah putera dari Vivasvan, Sang Penguasa Matahari, yang menurunkan ras bangsa manusia di Planet Bumi yang trah keturunannya dikenal sebagai “Suryavamsa” (Dinasti Matahari).

Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah...

Siapa itu Vivasvan, Sang Penguasa Matahari? Akankah ia juga hanya bagian dari sebuah mitos? Ataukah dahulu kala betul-betul pernah ada seorang penguasa di planet Matahari?

Kitab Veda Bhagavata Purana menyebutkan bahwa Vivasvan adalah seorang Penguasa Matahari yang terlahir pada 120 miliar tahun yang lalu. Di Nusantara, Vivasvan dikenal sebagai Bhātara Sūrya Waiwaswana yakni makhluk suci sang penjaga matahari. Vivasvan atau Bhātara Sūrya Waiwaswana memiliki putera yang bernama Vaivasta yang kemudian menjadi Manu Ketujuh (dikenal sebagai Vaivasta-Manu) dan menjadi Penguasa Planet Bumi. Nah Vaivasta-Manu (Manu Ketujuh) ini yang kemudian menurunkan ras bangsa manusia di Planet Bumi yang trah keturunannya dikenal sebagai “Suryavamsa” (Dinasti Matahari).

Lalu jika dalam Kitab Bhagavad-Gita, Sloka 4:1 disebutkan bahwa Ilmu YOGA telah diajarkan oleh Vivasvan kepada Manu, maka pertanyaan berikutnya adalah kapan dan pada zaman apa Ilmu YOGA tersebut diajarkan oleh Vivasvan kepada Manu?

Dalam Kitab Veda Mahabhārata (santiparva), Sloka 348.51-52, disebutkan sebagai berikut:

“Pada awal jaman yang bernama Tretayuga, ilmu pengetahuan YOGA yaitu tentang hubungan dengan Yang Maha Kuasa, disampaikan kepada Manu oleh Vivasvan. Manu, sebagai leluhur manusia, mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada puteranya bernama Maharājā Ikṣvāku, rājā planet bumi dan leluhur Dinasti Yadu.”

Jadi Vivasvan, Sang Penguasa Matahari sebagai orang pertama yang menerima Ilmu Pengetahuan YOGA langsung dari Sri Krishna rupanya telah mengajarkan Ilmu Pengetahuan YOGA kepada puteranya Vaivasta-Manu (Manu Ketujuh) pada awal Zaman Tetrayuga (yakni 6 Manwatara x 306,72 juta tahun ditambah 70 putaran divya-yuga x 4,32 juta tahun ditambah lagi 1,296 juta tahun atau total sekitar 3,98 milyar tahun yang lalu) dan kemudian Vaivasta-Manu (Manu Ketujuh) mengajarkannya kembali kepada Maharājā Ikṣvāku, rājā planet bumi dan leluhur Dinasti Yadu dan kemudian Maharājā Ikṣvāku mengajarkan Ilmu Pengetahuan YOGA ini kepada Para Rajarsi (para raja di planet bumi) secara rahasia dan turun-temurun dari zaman ke zaman.

Jadi Ilmu YOGA sejatinya adalah ilmu pengetahuan rahasia yang berisi pengajaran tentang hubungan manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kata YOGA sendiri berasal dari akar kata “YUJ” yang berarti “penyatuan”, yakni penyatuan kepada Yang Maha Kuasa, yang dalam Ajaran Jawa Kejawen (Ajaran Jawa Kuno yang telah bersinkretisme dengan Ajaran Tasawuf Islam) dikenal dengan istilah “Manunggaling Kawula Gusti”. Jadi Ilmu YOGA bukan hanya sekedar gerakan senam yang diajarkan di sanggar-sanggar senam dengan menggunakan baju ketat. Bukan itu. YOGA sejatinya adalah teknik mendaur ulang elemen pikiran (chitta dan manah) dan elemen perasaan (ahangkara) menjadi elemen kesadaran (buddhi) dalam jagat kecil (diri manusia) MIKROKOSMOS yang tujuan pencapaian akhirnya adalah kemanunggalan Jiwa Individu manusia atau Jiwatma dengan Sumber Jiwa yang Agung atau Sang Hyang Paramatma atau Tuhan Yang Maha Kuasa.

Setelah melalui perjalanan waktu yang sangat panjang dari zaman ke zaman melalui metode pengajaran yang turun temurun dan juga dirahasiakan, Ilmu YOGA ini kemudian dikembangkan oleh Leluhur Nusantara yang bernama Rsi Karta pada 500 juta tahun yang lalu dengan menggunakan prinsip “YANTRA - MANTRA - TANTRA” dan kemudian dikenal dengan istilah TRIANGGA YOGA yang berarti “Meditasi Tiga Tahap”.

Dalam reuni saya sempat menjelaskan bahwa Meditasi Samhu yg kita pelajari dari Sang Guru dan kemudian kita praktikkan bersama, sejatinya merupakan jenis Meditasi TRIANGGA YOGA yang dikembangkan oleh Leluhur Nusantara yang bernama Rsi Karta pada 500 juta tahun yang lalu, yang kemudian oleh Nabiyullah Adam as praktik meditasi ini diberi nama sebagai Meditasi SAMHU dan bertujuan hanya untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dan perlu diketahui bahwa jenis Meditasi ASTANGGA YOGA yang dikembangkan oleh Maharsi Patanjala yang saat ini menjadi populer di seluruh dunia, sejatinya bukanlah Meditasi Asli Warisan Nusantara, karena dalam naskah-naskah Tantra Kuno Nusantara justru hanya mengenal adanya tiga jenis Meditasi, yakni: Meditasi PANCANGGA YOGA (tercatat dalam naskah Lontar Agastya Purwa), Meditasi SADANGGA YOGA (tercatat dalam naskah Lontar Bhuanakosa, Lontar Jnanasiddhanta, Lontar Ganapati Tattwa, Lontar Wrahaspati Tattwa, Lontar Tutur Kamoksan, Kakawin Sutasoma dan Kakawin Nirartha Prakerta) dan Meditasi SAPTANGGA YOGA (tercatat dalam naskah Lontar Tattwajnana). Dan ketiga jenis Meditasi Asli Warisan Nusantara ini sejatinya juga merupakan pengembangan dari praktik Meditasi Purba TRIANGGA YOGA yg mengajarkan Prinsip “YANTRA - MANTRA - TANTRA” sejak 500 juta tahun yang lalu. Namun sayangnya saat ini, tujuan praktik Meditasi ini telah bergeser dan banyak disalahgunakan untuk tujuan mencari “Siddhi-Shakti” (kesaktian) dan melupakan tujuan awal dari meditasi itu sendiri yang bertujuan untuk mengenali diri dan mengenali Tuhan melalui proses penyatuan, yakni menyatunya sifat dan perbuatan manusia dengan sifat dan perbuatan Tuhan yg bersemayam di dalam dirinya yang dikenal sebagai “SIWA” (bukan Dewa Bathara Siwa, melainkan SIWA sebagai Tuhan) yang dalam Tradisi Bugis (Sulawesi) dikenal sebagai “SEUWWAE” yg berarti “Tuhan Yang Tidak Kasat Mata” yang kemudian disimbolkan dengan Aksara Lontara “SA” dalam konsep Sulapa Appa. Nah penyatuan sifat dan perbuatan manusia dengan sifat dan perbuatan Tuhan yang dikenal sebagai “SIWA” atau “SEUWWAE” sebagai Tuhan yang bersemayam dalam diri manusia inilah yang diajarkan dan ditegakkan oleh Sanghyang Agastya (dikenal pula sebagai Bathara Guru, Rsi Waprakeswara, Sanghyang Ismaya, Sanghyang Semar atau Sabdo Palon) sebagai Ajaran SIWA PAKSHA (Ajaran Siwa) di seluruh bekas wilayah Ataladwipa di masa purbakala.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa praktik “YANTRA - MANTRA - TANTRA” sejatinya merupakan sebuah pengetahuan tentang pengendalian elemen alam baik dalam tataran MAKROKOSMOS (Jagat Semesta Raya) ataupun MIKROKOSMOS (Diri Manusia).


Sarwa Hayu,
Salam Rah-Aywa,
Rahayu Salawasna,
🙏🙏🙏

Kamis, 17 Januari 2019

Pasir

Seorang anak kehilangan sepatunya di laut, lalu dia menulis di pinggir pantai ...
LAUT INI MALING ...

Tak lama datanglah nelayan yg membawa hasil tangkapan ikan begitu banyak, lalu dia menulis di pantai ...
LAUT INI BAIK HATI ...

Seorang anak tenggelam di lautan lalu ibunya menulis di pantai ...
LAUT INI PEMBUNUH ...

Seorang berperahu dan di hantam badai, lalu menulis dipantai ...
LAUT INI PENUH MARABAHAYA

Tak lama datanglah Seorang lelaki yg menemukan sebongkah mutiara di dalam lautan, lalu dia menulis di pantai ...
LAUT INI PENUH BERKAH ...

Sementara seisi lautan tak pernah mengeluh.
Kemudian datanglah ombak besar dan menghapus semua tulisan di pantai itu tanpa sisa.

MAKA.......
JANGAN RISAUKAN OMONGAN ORANG, KARENA SETIAP ORANG MEMBACA DUNIA DENGAN PEMAHAMAN DAN PENGALAMAN YANG BERBEDA.

Teruslah melangkah, selama engkau di jalan yang baik.
Meski terkadang kebaikan tidak senantiasa di hargai.

Tak usah repot repot mau menjelaskan tentang diri mu kepada siapa pun, Karena yang menyukai mu tidak butuh itu, Dan yang membenci mu tidak percaya itu.

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tapi Siapa yang mau berbuat baik.

Jangan menghapus Persaudaraan hanya karena sebuah Kesalahan ...
Namun Hapuslah kesalahan demi lanjutnya Persaudaraan..

Jika datang kepadamu gangguan...
Jangan berpikir bagaimana cara Membalas dengan yang lebih Perih, tapi berpikirlah bagaimana cara Membalas dengan yang lebih Baik.

Kurangi mengeluh teruslah berdoa dan berikhtiar.
Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikuti kita.

Tugas kita adalah berbuat yang baik & benar Bukan menghakimi.

Memaafkan adalah memaafkan tanpa tapi..
Menghargai adalah menghargai tanpa tapi..

Jangan pakai hukum sebab akibat untuk membenarkan amarahmu..

Karena jika kita baik, amarah tak tumbuh subur

selamat menebar kebaikan

Panduan Menciptakan Entitas Energi secara Sadar

  Tujuan: Menciptakan makhluk atau sistem energi yang berfungsi sesuai niat dan desain, dengan dua pilihan: dikendalikan penuh atau diberika...