Jumat, 01 Agustus 2025

Tiga Tubuh Manusia dan Jalan Pensuciannya



Dalam kebijaksanaan spiritual kuno, manusia dipahami bukan hanya sebagai tubuh fisik semata, melainkan sebagai kesatuan yang utuh dari tiga dimensi tubuh: Sthula Sarira, Suksma Sarira, dan Atma Sarira. Masing-masing tubuh ini memiliki peran dan tingkatan eksistensi yang berbeda, namun saling terhubung secara mendalam, membentuk keseluruhan eksistensi manusia.

1. Sthula Sarira (Tubuh Raga / Tubuh Kasar) - Jasad
Tubuh ini adalah tubuh jasmani yang tampak dan dapat diraba. Ia terdiri atas sepuluh indera, yang dikenal sebagai Dasendriya – lima indera pengenal (pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba), serta lima indera tindakan (tangan, kaki, mulut, alat reproduksi, dan alat ekskresi). Tubuh ini berinteraksi langsung dengan dunia luar, menjadi alat bagi jiwa untuk mengalami kehidupan fisik di bumi.
Namun karena keterlibatannya dengan dunia material, tubuh ini mudah terkontaminasi oleh debu dosa, hawa nafsu, dan kebiasaan buruk. Oleh karena itu, pensuciannya dilakukan melalui Tirtha, atau unsur air baik berupa wudhu, mandi suci, maupun simbol pembasuhan dalam berbagai tradisi spiritual. Air melambangkan pembersihan, pembaruan, dan kembalinya kesucian fitrah jasmani.
2. Suksma Sarira (Tubuh Jiwa / Tubuh Halus) - Nafs
Ini adalah tubuh batin yang lebih halus, tidak tampak secara kasat mata, namun sangat nyata pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Terdiri dari empat unsur utama:
Manah – Pikiran sadar, pusat persepsi dan pemikiran sehari-hari.
Chitta – Pikiran bawah sadar, tempat menyimpan ingatan, trauma, dan kebiasaan.
Ahamkara (Ego) – Rasa keakuan, identitas diri yang menciptakan ilusi keterpisahan.
Buddhi – Daya nalar dan kesadaran, yang mampu membedakan antara yang benar dan salah.
Tubuh ini sering menjadi medan pertempuran antara terang dan gelap dalam diri manusia. Pikiran bisa menjadi teman, atau sebaliknya, menjadi penjara bagi jiwa.
Untuk itu, pensucian Suksma Sarira dilakukan melalui Satya (Kejujuran) yaitu hidup yang selaras dengan kebenaran batin, serta Jnana (Pengetahuan) dan bukan sekadar informasi, tapi pengetahuan yang membebaskan, yang membuka mata hati terhadap kenyataan sejati. Kejujuran meluruskan niat, dan pengetahuan menerangi jalan batin.
Islam mengenal beberapa tingkatan nafs, antara lain:
Nafs Ammarah (jiwa yang memerintahkan kepada kejahatan)
Nafs Lawwamah (jiwa yang mencela diri)
Nafs Muthmainnah (jiwa yang tenang)
Pensucian jiwa dalam Islam disebut tazkiyatun nafs yaitu proses membersihkan hati dari penyakit seperti iri, dengki, sombong, ujub, dan menggantinya dengan sifat-sifat mulia seperti jujur (satya), sabar, dan ikhlas. Ini sejalan dengan Satya (kejujuran) dan Jnana (pengetahuan spiritual) dalam pensucian Suksma Sarira. Ilmu (jnana) juga sangat dijunjung dalam Islam sebagai cahaya bagi hati dan penuntun menuju Allah
3. Atma Sarira (Tubuh Ruhani / Tubuh Ruh) - Ruh
Inilah tubuh terdalam, yang paling murni dan abadi – Atma, percikan dari Sang Maha Ruh, dan Sir, rahasia suci yang hanya diketahui oleh Tuhan dan jiwa itu sendiri. Di sinilah pusat kesadaran ilahi bersemayam. Atma adalah saksi dari segala pengalaman hidup, tak tersentuh oleh dunia dan tak tercemari oleh dosa. Ini sangat paralel dengan konsep ruh dalam Islam yang mana suatu tiupan langsung dari Allah yang menjadikan manusia makhluk istimewa.
Sir, atau rahasia Ilahi dalam diri, dapat dimaknai sebagai aspek kesadaran ilahiah yang hanya dapat diakses dalam kondisi spiritual tertentu dimana saat hati bersih, diri tenang, dan jiwa terkoneksi dengan Sang Pencipta.
Namun meski suci, kesadaran akan Atma bisa terhalang oleh kabut duniawi. Oleh karena itu, pensuciannya dilakukan melalui Tapa Brata jalan disiplin spiritual, yoga, dan meditasi, serta Yama Brata – pengendalian diri, yang meliputi nilai-nilai luhur seperti ahimsa (tidak menyakiti), satya (berkata benar), asteya (tidak mencuri), brahmacarya (menjaga kesucian), dan aparigraha (tidak rakus).
Melalui tapa dan yama, jiwa manusia dituntun kembali kepada keheningan, kepada kesadaran akan hakikat sejati yang melampaui tubuh dan pikiran.
Dalam Islam dilakukan melalui tazkiyah ruh dan pendekatan spiritual seperti dzikir, muraqabah, tafakkur, dan riyadhah nafs (pengendalian diri), yang sejalan dengan Tapa Brata (kontemplasi, meditasi) dan Yama Brata (pengekangan hawa nafsu) dalam tradisi Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Panduan Menciptakan Entitas Energi secara Sadar

  Tujuan: Menciptakan makhluk atau sistem energi yang berfungsi sesuai niat dan desain, dengan dua pilihan: dikendalikan penuh atau diberika...