Bagaimana caranya perjalanan spiritual itu dilakukan?


Jawaban Versi Pertama :

Oleh Idries Shahh, “Mahkota Sufi, Menembus Dunia Ekstra Dimensi”

Tujuh Diri (Nafsu)
Pengembangan diri di Jalan Sufi mensyaratkan Salik untuk melampaui tujuh tahap persiapan, sebelum individualitas siap menunaikan tugasnya secara utuh. Tahap-tahap itu yang kadangkala disebut “manusia”, adalah tingkatan dalam transmutasi kesadaran, istilah teknis untuk nafs, jiwa. Pendek kata, tahap-tahap perkembangan itu, masing-masing memungkinkan kekayaan batin lebih lanjut di bawah bimbingan seorang guru praktis, adalah:
1. Nafs al-ammarah (nafsu merusak, menguasai diri)
2. Nafs al-lawwamah (nafsu tercela)
3. Nafs al-mulhimah (jiwa yang rakus)
4. Nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang)
5. Nafs ar-radiyah (jiwa yang tulus)
6. Nafs al-mardiyah (jiwa yang terbebaskan)
7. Nafs ash-shafiyah wa kamilah (jiwa yang suci dan sempurna).
Nafs disyaratkan melalui proses yang diistilahkan “kematian dan kelahiran kembali”. Proses pertama, yaitu Mati Putih menandai tingkat perkembangan awal murid, ketika ia mulai membangun kembali nafs spontan dan emosional, sehingga hal ini selanjutnya akan menyediakan suatu sarana untuk menjalankan kegiatan kesadaran, yaitu nafs kedua. Sifat-sifat jiwa “tenang, terbebaskan”, dan sebagainya, mengacu pada dampak terhadap individumaupun kelompok dan masyarakat secara umum, dan berbagai fungsi yang sangat jelas pada setiap tahap.
Fenomena penting dari tujuh tahap dalam latihan-latihan Sufi itu adalah sebagai berikut:
1. Lepas kendali diri, mempercayai diri sebagai personalitas koheren, mulai belajar bahwa ia mempunyai berbagai kemampuan personal, sebagai individu yang berkembang. 2. Permulaan kesadaran diri dan “penentuan”, dimana pemikiran secara spontan melihat apa itu kesadaran diri.
3. Permulaan integrasi mental, ketika jiwa mempunyai kemampuan memasuki tahap yang lebih tinggi dibandingkan kebiasaan sebelumnya.
4. Kedamaian, keseimbangan individualitas.
5. Kemampuan melakukan tugas, tahap pengalaman baru yang tidak bisa dideskripsikan di luar analogi yang sejalan.
6. Aktivitas dan tugas baru, termasuk di luar dimensi individualitas.
7. Pemenuhan tugas rekonstitusi, kemampuan mengajar orang lain, daya bagi pemahaman obyektif
Unsur-unsur Sufisme
Sepuluh Unsur Sufisme mengacu pada kerangka kerja individual, dimana sebagai Salik, ia menggali potensi untuk bangun atau hidup dalam dimensi yang lebih agung dan berada di luar pengalaman biasa. Al-Farisi mencatatnya sebagai berikut:
1. Pemisahan dari kesatuan.
2. Persepsi pendengaran.
3. Persahabatan dan asosiasi.
4. Preferensi yang benar.
5. Penyerahan pilihan.
6. Pencapaian secara cepat “keadaan” tertentu.
7. Penetrasi pemikiran, pengujian diri.
8. Perjalanan dan gerakan.
9. Kepasrahan dalam menerima rezeki.
10. Pembatasan keinginan atau ketamakan.
Latihan dan pelatihan Sufi berdasar pada Sepuluh Unsur ini. Sesuai dengan kebutuhan murid, guru akan memilihkan program-program studi dan tindakan untuknya dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk melaksanakan berbagai fungsi yang terangkum dalam Unsur-unsur itu. Oleh karena itu, faktor-faktor ini adalah dasar persiapan individu menuju perkembangan dimana apabila ia tidak bisa mengalami atau merasakan, ia dibiarkan mencapainya sendirian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 Titik lathifah

Konsep kedutan di 3 jari bawah pusar atau di tempat titik pusat tenaga dalam atau di tantien

Energi Murni manusia atau energi hawa murni atau energi murni tantien