Kamis, 25 Desember 2025

Ketika Jiwa Bebas: Sirna, Fana, dan Tenang dalam Allah

Dalam konsep sirna, yang dimaksud bukanlah hilang secara fisik, apalagi menghilang dari kehidupan. Sirna adalah lenyapnya keterikatan. Ketika raga dan jiwa tidak lagi dikendalikan oleh ego, luka lama, rasa takut, atau beban masa lalu.
Saat seseorang tenggelam sepenuhnya dalam rasa Ilahi, perlahan yang sirna bukan dirinya, tetapi segala sesuatu yang selama ini mengekang dirinya.
Rasa bersalah yang menahun, trauma, dendam, rasa tidak cukup, ketakutan akan masa depan, dan pola karma negatif maka semuanya melekat pada jiwa karena adanya “aku” yang masih ingin menguasai dan dikendalikan.
Namun ketika raga dan jiwa melebur dalam kesadaran Allah, semua ikatan itu kehilangan tempatnya untuk bertahan.
Ibarat es yang jatuh ke laut, ia tidak “hilang”, tetapi berubah hakikatnya. Tidak lagi terpisah, tidak lagi keras, tidak lagi terbatas.
Pada tahap ini, jiwa berdiri sendiri, tidak lagi bergantung pada masa lalu, tidak terikat oleh jalur kehidupan mana pun, dan tidak lagi ditentukan oleh luka atau cerita lama. Bukan karena masalah hidup berhenti ada, tetapi karena jiwa tidak lagi terbelenggu olehnya.
Inilah yang dalam tasawuf disebut fana billah bukan mati, bukan kosong, tetapi lenyapnya ego dalam kehadiran Allah.
Yang tersisa bukan kehampaan, melainkan satu rasa yang sangat hidup: cinta.
Cinta kepada Allah,
cinta kepada kehidupan,
cinta yang lembut, jernih, dan menenangkan.
Di titik ini, seseorang tidak lagi digerakkan oleh ketakutan atau ambisi berlebihan. Hidup tidak lagi dijalani dengan dorongan “harus begini” atau “takut jadi begitu”, tetapi mengalir dalam kepercayaan penuh.
Segala langkah terasa ringan karena tidak ada lagi beban batin yang ditenteng.
Dari fana billah inilah muncul keadaan baqa billah yaitu tetap hidup, tetap beraktivitas, tetap berada di dunia,
namun hati sudah menetap dalam Allah.
Itulah sebabnya orang-orang yang pernah menyentuh atau hidup di tahapan ini terlihat tenang. Bukan karena hidupnya tanpa ujian, melainkan karena kegalauan sudah tidak menemukan tempat di hatinya.
Tidak ada lagi kekhawatiran berlebihan,
tidak ada kecemasan yang mengguncang,
tidak ada pertanyaan yang merobek batin.
Yang ada hanya satu rasa: diterima, dijaga, dan dicintai sepenuhnya oleh Allah.
Dan ketika seseorang hidup dari rasa itu, hidup tidak lagi melelahkan, karena semuanya kembali bermula dan bermuara pada cinta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Zikir Nafas dan Sadar Nafas dalam Pandangan Spiritualitas Islam

  Zikir nafas adalah salah satu bentuk dzikir yang dilakukan dengan menyatukan kesadaran, lafaz dzikir, dan irama nafas. Praktiknya adalah d...