Kamis, 25 Desember 2025

Menaklukkan Sombong, Melembutkan Jiwa


 Sombong dan angkuh adalah selubung halus yang sering menutup kejernihan hati. Ia tidak selalu hadir dalam bentuk merasa paling hebat, kadang justru bersembunyi dalam rasa paling benar, paling terluka, atau paling berjasa. Dari titik inilah banyak sifat negatif lain lahir: sulit menerima nasihat, enggan mengakui kesalahan, berat untuk meminta maaf, dan kering dalam memberi maaf.

Melembutkan hati berarti berani turun dari singgasana ego. Belajar meminta maaf bukan tanda kalah, melainkan tanda jiwa yang telah dewasa. Memberikan maaf pun bukan berarti membenarkan kesalahan, tetapi membebaskan diri dari beban batin yang mengikat. Selama sombong masih bercokol, maaf terasa mahal; namun ketika hati dilunakkan, maaf justru menjadi kebutuhan jiwa.
Sombong adalah pangkal yang perlu ditaklukkan terlebih dahulu. Ia harus dikenali, dirasakan, dan disadari keberadaannya dalam diri. Bukan ditolak, apalagi disangkal, tetapi dihadapi dengan jujur. Rasakan bagaimana sombong menegangkan dada, mengeraskan pikiran, dan menjauhkan hati dari ketenangan. Kesadaran inilah pintu awal peleburannya.
Ketika rasa itu telah dikenali, proses melunakkannya menjadi lebih cepat. Ego perlahan turun, bukan karena dipaksa, tetapi karena dipahami. Kita mulai melihat bahwa kerendahan hati bukanlah kehilangan nilai diri, melainkan kembalinya diri pada fitrah yang utuh. Dari hati yang lembut, lahir kebijaksanaan; dari jiwa yang rendah hati, tumbuh kedamaian. Dan di sanalah manusia benar-benar menang bukan atas orang lain, tetapi atas dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Zikir Nafas dan Sadar Nafas dalam Pandangan Spiritualitas Islam

  Zikir nafas adalah salah satu bentuk dzikir yang dilakukan dengan menyatukan kesadaran, lafaz dzikir, dan irama nafas. Praktiknya adalah d...