Sebelum bergerak, sebelum pikiran dipenuhi rencana, rasakan dulu getaran itu.
Ucapkan Alhamdulillah dengan penuh kesadaran—terima kasih kepada Allah yang mengizinkan kita bangun, kembali diberi kesempatan memperbaiki diri, berkarya, dan menerima rezeki-Nya. Bila syukur itu hadir sejak awal, maka tubuh dan batin mengumpulkan energi positif yang lembut namun kuat. Energi inilah yang kemudian menarik kebaikan lain datang menghampiri, seolah diri kita menjadi pusat magnet cahaya yang berjalan.
Flow energi pun menjadi lebih teratur, lebih selaras, seperti aliran air jernih yang bergerak ke arah yang tepat tanpa hambatan.
Namun sebaliknya, jika bangun tidur langsung diisi dengan kekacauan pikiran, keluhan, kesedihan, amarah, atau ingatan tentang hal-hal dunia yang semrawut… maka getaran kita berubah. Kita menjadi pusat energi negatif yang berjalan. Alirannya kacau, berantakan, dan akhirnya menarik kekacauan lain dalam hidup. Ini bukan “bala dari luar” tapi flow yang kita ciptakan sendiri sejak membuka mata.
Bisa jadi, kerusakan alur hidup hari itu bukan karena masalah yang kita temui, tetapi karena energi pertama yang kita bawa sejak bangun tidur.
Sebab hari itu selalu mengikuti getaran awalnya.
Karena itu, belajar menata energi harus dimulai dari dua titik penting:
cara kita bangun dan cara kita tidur.
Keduanya saling terhubung, seperti pintu masuk dan pintu keluar dari satu ruang batin. Jika malam ditutup dengan hati yang damai, maka pagi dibuka dengan jiwa yang ringan. Dan bila pagi dibuka dengan rasa syukur, maka hidup sepanjang hari mengalir dengan leluasa.
Salam pagi, selamat beraktivitas dengan hati penuh syukur, tubuh penuh energi, dan jiwa yang dipenuhi kebahagiaan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar